Ethnobotanical Study of Natural Coloring Plants in Raut Muara Village, Sanggau Regency

  • Sapa Riani Mahasiswa
  • Syamswisna Syamswisna Prodi Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura, Indonesia
  • Asriah Nurdini Mardiyyaningsih Prodi Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura, Indonesia

Abstract

ABSTRACT 

The use of synthetic dyes can trigger health and environmental problems. Natural dyes are one of the innovations to replace the use of synthetic dyes because they are non-toxic and environmentally friendly. The people of Raut Muara Village, Sanggau Regency utilize several plants as natural dyes such as tipu' (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) which is used as a food dye, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) as a beverage dye, red bajakah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) as a cosmetic, and yellow root (Arcangelisia flava (L.) Merr) as a fabric dye. This study aims to increase public knowledge about the types, parts of plants used and processing methods carried out by the people of Raut Muara Village. The method used in the research is descriptive method and data collection techniques by triangulation which is a combination of interviews, observation and documentation. Determination of informants using purposive sampling technique with 53 informants. The results of the study obtained 26 plant species from 22 families that are utilized by the leaves, fruit, seeds, and roots.

Keywords: Ethnobotany, Natural coloring, Raut Muara VillageABSTRACT
The use of synthetic dyes can trigger health and environmental problems. Natural dyes are one of the innovations to replace the use of synthetic dyes because they are non-toxic and environmentally friendly. The people of Raut Muara Village, Sanggau Regency utilize several plants as natural dyes such as tipu' (Etlingera linguiformis (Roxb.) R.M.Sm) which is used as a food dye, kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) as a beverage dye, red bajakah (Spatholobus ferrugineus Zoll.&Moritzi)Benth.) as a cosmetic, and yellow root (Arcangelisia flava (L.) Merr) as a fabric dye. This study aims to increase public knowledge about the types, parts of plants used and processing methods carried out by the people of Raut Muara Village. The method used in the research is descriptive method and data collection techniques by triangulation which is a combination of interviews, observation and documentation. Determination of informants using purposive sampling technique with 53 informants. The results of the study obtained 26 plant species from 22 families that are utilized by the leaves, fruit, seeds, and roots.
Keywords: Ethnobotany, Natural coloring, Raut Muara Village

Keywords: Ethnobotany, Natural coloring, Raut Muara Village

Downloads

Download data is not yet available.

References

Anisfiani, W., Asyiah, L. N., & Sulifah Aprilya Hariani. (2014). Etnobotani bahan kosmetik oleh Masyarakat Using di Kabupaten Banyuwangi Sebagai Bahan Ajar Populer. Pancaran, 3(3), 53–62.

Berlin, S. W., Linda, R., & Mukarlina. (2017). Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pewarna alami oleh Suku Dayak Bidayuh Di Desa Kenaman Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau. Jurnal Protobiont, 6(3),303–309.

Dwi Puspitasari, A., & Prayogo, L. S. (2016). Pengaruh waktu perebusan terhadap kadar flavonoid total daun kersen (Muntingia calabura). Jurnal Inovasi Teknik Kimia, 1(2), 104–108.

Fahrurozi, I., Priyanti, & Astutik, S. (2015). Keanekaragaman jenis tumbuhan obat pada plot cuplikan di Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Indonesia. Al-Kauniyah; Journal of Biology, 8(2), 101–106.

Fitrani I, & Utomo A.P, A.A. (2019). Etnobotani Tumbuhan pewarna alami makanan Masyarakat Using Desa Kemiren Kabupaten Bayuwangi. Jurnal Biologi Dan Pembelajaran Biologi, 1(1), 1–10.

Haziki, H., & Syamswisna. (2021). Studi etnobotani tumbuhan obat tradisional oleh masyarakat di Kelurahan Setapuk Kecil Singkawang. Biocelebes, 15(1), 76–86.

Jasni, Damayanti, R., Kalima, T., Malik, J. & Abdurachman. (2010). Atlas Rotan Indonesia. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.

Kartini, D. E., & Sisillia, L. (2017). Jenis Tumbuhan pewarna alam yang dimanfaatkan oleh Masyarakat Penenun Desa Batu Lintang Kecamatan Embaloh Hulu Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal TENGKAWANG, 7(2), 84–91.

Lestari, A. A., Wardenaar, E., & Mariani, Y. (2018). Pemanfaatan tumbuhan penghasil warna alami untuk tenun ikat oleh suku dayak iban di dusun Tekalong dan dusun Kelawik Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 6(4), 837–847.

Liyanti, P. R., Budhi, S., & Yusro, F. (2015). Studi etnobotani tumbuhan yang dimanfaatkan di Desa Pesaguan kanan Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari, 3(3), 421–433.

Murniati, M., & Takandjandji, M. (2015). Tingkat Pemanfaatan Tumbuhan Penghasil Warna Pada Usaha Tenun Ikat Di Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 12(3), 223–237.

Ngete, A.F., & Rara, I.M.F. (2020). Penggunaan pewarna alami sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan. Jurnal Kesehatan Tujuh Belas, 1(2), 130–135.

Noviantina, E., Linda, R. & Wardoyo, E.R.P (2018). Studi Etnobotani Tumbuhan Kosmetik Alami Masyarakat Suku Dayak Kanayatn Desa Sebatih Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Jurnal Protobiont, 7 (1), 61–68.

Safarina, S. (2020). Ethnobotany Study Women’S Natural Cosmetic Plants in the Environment of the Alwtzikhoebillah Palace Sambas. Biocelebes, 14(3), 279–291.

Dalmatia, Damhuri & Safilu. (2017). Etnobotani Tumbuhan Pewarna Alami Masyarakat Desa Mantobua Kabupaten Muna. JURNAL AMPIBI (Almuni Pendidikan Biologi), 2(1), 34–42.

Santa, E. K., Mukarlina, & Linda, R. (2015). Kajian etnobotani tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami oleh Suku Dayak Iban di Desa Mension, Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Protobiont, 4(1), 58–61.

Sisillia, L., & Eni, A. (2019). Etnobotani pewarna alam tenun ikat di susun tekalong desa lanjak deras kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Tengkawang, 9(2), 112–119.

Simon, H. (2010). Dinamika Hutan Rakyat diIndonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tim RISTOJA. (2015). Eksplorasi Pengetahuan Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Indonesia Berbasis Komunitas (Riset Tumbuhan Obat dan Jamu/RISTOJA). Tawangmangu: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.

Thomas, M., Manurung, M., & Asih, R. A. I. . (2013). Pemanfaatan zat warna alam dari ekstrak kulit akar mengkudu (Morinda Citrifolia Linn) Pada kain katun. Jurnal Kimia, 7(2), 119–126.

Tjitrosoepomo, G. (2015). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada. University Press.

Van Steenis, C.G.G.J. (2003). Flora. Jakarta: Pradnya Paramita.

Winarno, F. G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Yetty, Hariyadi, B., & Murni, P. (2013). Studi etnobotani jernang (Daemonorops spp.) pada masyarakat Desa Lamban Sigatal dan Sepintun Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi. Biospecies, 6(1), 38–43.

Zulfiani, Z., Yuniati, E., & Pitopang, R. (2013). Kajian etnobotani Suku Kaili Tara di Desa Binangga Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Biocelebes, 7(1), 67–74.

Published
2024-01-31
How to Cite
Riani, S., Syamswisna, S., & Mardiyyaningsih, A. (2024). Ethnobotanical Study of Natural Coloring Plants in Raut Muara Village, Sanggau Regency. EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi Dan Mikrobiologi, 8(2), 62-71. https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i2.4455
Abstract viewed = 133 times
PDF downloaded = 131 times